Video permainan (game) yang bergenre kekerasan ternyata merupakan
penghambat kesuksesan pendidikan karakter. Anak yang kecanduan dengan
jenis permainan ini bisa gagal menerima pendidikan karakter yang
diberikan sekolah. Perilaku tidak baik orangtua juga bisa menjadi
penyebab kegagalan lainnya.Hal itu diungkapkan Wakil Direktur Indonesia Heritage Foundation, Wahyu Farrah Dina, di Jakarta, Sabtu ( 25/2/2012 ), dalam sebuah workshop pendidikan karakter.
"Video game akan menyebabkan addict. Ada anak yang bunuh bapaknya karena tidak boleh main game di Cina," ujar Wahyu.
Di
Indonesia, kondisi bahwa video game jenis kekerasan sudah kian
diminati juga sudah terjadi. Wahyu menyebutkan, ada sejumlah pasien yang
menggemari video game sampaicdirawat di rumah sakit ketergantungan
obat (RSKO).
"Karena dia sampai melakukan kekerasan terhadap orang lain," ujarnya.
Video game.lanjut Wahyu, lantas membuat kondisi moral anak tidak baik. Menurutnya, si anak seperti kecanduan oleh narkotika.
Penyebab
lainnya adalah perilaku tidak baik orangtua kepada anak di luar
sekolah. Orangtua yang memukul anaknya dengan berbagai alasan tidak
dibenarkan. Anak bisa tertekan dengan perilaku tersebut.
"Kita tidak terima anaknya (di sekolah) selama bapak ibunya masih mukul," kata dia.
"Ada
dua orang musuh kita (dalam menerapkan pendidikan karakter) yakni
orang tua yang melakukan suatu yang tidak baik dan video game. Dan,
pendidikan karakter tidak akan berhasil selama dua ini masih terjadi,"
papar Wahyu.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang fokus
tidak hanya membentuk anak dalam hal akademis tetapi agar anak
berperilaku baik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam
suatu kesempatan menyebutkan, ada tiga hal dalam pendidikan karakter
yang harus ditanamkan yakni kesadaran sebagai mahluk Yang Maha Kuasa,
keilmuan dan kecintaan, dan kebanggaan terhadap Tanah Air.
sumber kompas.